| PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK ANAK DAN |
| IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA PADA |
| ERA OTONOMI DAERAH |
| Absori, SH.,MHum. |
| Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta |
| U |
| UU |
| U |
| Abstract |
| p till now, the government is considered less capable to realize |
| the rules on children protection. Therefore the people participa- |
| tion become so important to be involved,they are those parties who |
| have serious attention on children future, either religious organization, |
| foundation or non-governmental organization. Though, all expedients |
| that have been done up till now not yet maximal, means that the |
| programs are commonly sectored and yet have not touch the |
| fundamental substance of children protection. |
| Kata kunci: eksploitasi anak, harmonisasi hukum, non-diskrimi- |
| nasi. |
| Pendahuluan |
| Anak mempunyai hak yang bersifat asasi, sebagaimana yang |
| dimiliki orang dewasa, hak asasi manusia (HAM). Pemberitaan yang |
| menyangkut hak anak tidak segencar sebagaimana hak-hak orang |
| dewasa (HAM) atau isu gender, yang menyangkut hak perempuan. |
| Perlindungan hak anak tidak banyak pihak yang turut memikirkan |
| dan melakukan langkah-langkah kongkrit. Demikian juga upaya |
| untuk melindungi hak-hak anak yang dilanggar yang dilakukan |
| negara, orang dewasa atau bahkan orang tuanya sendiri, tidak |
| begitu menaruh perhatian akan kepentingan masa depan anak. |
| Padahal anak merupakan belahan jiwa, gambaran dan cermin |
| masa depan, aset keluarga, agama, bangsa dan negara. Di berbagai |
| negara dan berbagai tempat di negeri ini, anak-anak justru |
| mengalami perlakuan yang tidak semestinya, seperti eksploitasi |
| anak, kekerasan terhadap anak, dijadikan alat pemuas seks, pekerja |
| 78 |
| Jurisprudence |
| , Vol. 2, No. 1, Maret 2005: 78 - 88 |
| anak, diterlantarkan, menjadi anak jalanan dan korban perang/ |
| konflik bersenjata. |
| Menurut data yang dikeluarkan UNICEF tahun 1995, diketahui |
| bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, hampir 2 juta |
| anak-anak tewas, dan 4-5 juta anak-anak cacat hidup akibat perang. |
| Di beberapa negara, seperti Uganda, Myanmar, Ethiopia, Afghani- |
| stan dan Guatemala, anak-anak dijadikan peserta tempur |
| (combatan) |
| dengan dikenakan wajib militer. Semua terjadi akibat |
| kedahsyatan mesin perang yang diproduksi negara-negara industri, |
| yang pada akhirnya membawa penderitaan bukan hanya dalam |
| jangka pendek, tetapi juga berakibat pada jangka panjang yang |
| menyangkut masa depan pembangunan bangsa dan negara. |
| 1 |
| Demikian juga di negara-negara yang dalam keadaan aman, |
| yang tidak mengalami konflik bersenjata, telah terjadi pelanggaran |
| terhadap hak-hak anak akibat pembangunan ekonomi yang |
| dilakukan, seperti pekerja anak |
| (child labor) |
| , anak jalanan |
| (street |
| children) |
| , pekerja seks anak |
| (child prostitution) |
| , penculikan dan |
| perdagangan anak |
| (child trafficking) |
| , kekerasan anak |
| (violation) |
| dan penyiksaan |
| (turtore) |
| terhadap anak. |
| 2 |
| Di Indonesia pelanggaran hak-hak anak baik yang tampak |
| mata maupun tidak tampak mata, menjadi pemandangan yang |
| lazim dan biasa diberitakan di media masa, seperti mempekerjakan |
| anak baik di sektor formal, maupun informal, eksploitasi hak-hak |
| anak. Upaya mendorong prestasi yang terlampau memaksakan ke- |
| hendak pada anak secara berlebihan, atau untuk mengikuti berba- |
| gai kegiatan belajar dengan porsi yang melampaui batas kewajaran |
| agar mencapai prestasi seperti yang diinginkan orang tua. Ter- |
| masuk juga meminta anak menuruti kehendak pihak tertentu |
| (produser) untuk menjadi penyayi atau bintang cilik, dengan |
| kegiatan dan jadwal yang padat, sehingga anak kehilangan dunia |
| anak-anaknya. |
| Pada sisi lain sering dijumpai perilaku anak yang diketegorikan |
| sebagai anak nakal atau melakukan pelanggaran hukum, tapi tidak |
| Laporan UNICEF tahun 1995 dalam 1999, |
| Aspek Hukum Perlindungan Anak, dalam |
| 1 |
| Perspektif Konvensi Hak Anak |
| , Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hal 1. |
| Ibid |
| , hal 2. |
| 2 |
| Perlindungan Hukum Hak-hak Anak dan Implementasiya... (Absori) |
| 79 |
| mendapat perlindungan hukum sebagaimana mestinya dalam |
| proses hukum. Hak-hak yang mereka miliki diabaikan begitu saja |
| dengan perlakukan yang tidak manusiawi oleh pihak tertentu, dan |
| kadang kala dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk mencari |
| keuntungan diri sendiri, tanpa peduli bahwa perbuatannya telah |
| melanggar hak-hak anak. |
| Instrumen Hukum |
| Instrumen hukum yang mengatur perlindungan hak-hak anak |
| diatur dalam Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak |
| (Convention on |
| The Rights of The Child) |
| th 1989 |
| , telah diratifikasi oleh lebih 191 |
| 3 |
| negara. Indonesia sebagai anggota PBB telah meratifikasi dengan |
| Kepres Nomor 36 th 1990. Dengan demikian Konvensi PBB tentang |
| Hak Anak tersebut telah menjadi hukum Indonesia dan mengikat |
| seluruh warga negara Indonesia. |
| Konvensi Hak-Hak Anak merupakan instrumen yang berisi |
| rumusan prinsip-prinsip universal dan ketentuan norma hukum |
| mengenai anak. Konvensi Hak Anak merupakan sebuah perjanjian |
| internasional mengenai hak asasi manusia yang memasukan |
| masing-masing hak-hak sipil dan politik, ha-hak ekonomi, sosial dan |
| budaya. Secara garis besar Konvensi Hak Anak dapat dikate- |
| gorikan sebagai berikut, pertama penegasan hak-hak anak, kedua |
| perlindungan anak oleh negara, ketiga peran serta berbagai pihak |
| (pemerintah, masyarakat dan swasta) dalam menjamin peng- |
| hormatan terhadap hak-hak anak. |
| Ketentuan hukum mengenai hak-hak anak dalam Konvensi |
| Hak Anak dapat dikelompokan menjadi: |
| 1. Hak terhadap kelangsungan hidup |
| (survival rights) |
| Hak kelangsungan hidup berupa hak-hak anak untuk me- |
| lestarikan dan mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh |
| standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya. |
| Konsekwensinya menurut Konvensi Hak Anak negara harus |
| menjamin kelangsungan hak hidup, kelangsungan hidup dan |
| perkembangan anak (Pasal 6). Disamping itu negara berkewajiban |
| Convention on The Rights of The Child, UNICEF |
| , 1990. |
| 3 |
| 80 |
| Jurisprudence |
| , Vol. 2, No. 1, Maret 2005: 78 - 88 |
| untuk menjamin hak atas tarap kesehatan tertinggi yang bisa |
| dijangkau, dan melakukan pelayanan kesehatan dan pengobatan, |
| khusuSnya perawatan kesehatan primer. (Pasal 24). |
| Implementasinya dari Pasal 24, negara berkewajiban untuk |
| melaksanakan program-program (1) melaksanakan upaya penu- |
| runan angka kematian bayi dan anak, (2) menyediakan pelayanan |
| kesehatan yang diperlukan, (3) memberantas penyakit dan ke- |
| kurangan gizi, (4) menyediakan pelayanan kesehatan sebelum dan |
| sesudah melahirkan bagi ibu, (5) memperoleh imformasi dan akses |
| pada pendidikan dan mendapat dukungan pada pengetahuan |
| dasar tentang kesehatan dan gizi, (6) mengembangkan perawatan |
| kesehatan pencegahan, bimbingan bagi orang tua, serta penyuluh- |
| an keluarga berencana, dan, (7) mengambil tindakan untuk meng- |
| hilangkan praktik tradisional yang berprasangka buruk terhadap |
| pelayanan kesehatan. |
| Terkait dengan itu, hak anak akan kelangsungan hidup dapat |
| berupa (1) hak anak untuk mendapatkan nama dan kewarga- |
| negaraan semenjak dilahirkan (Pasal 7), (2) hak untuk memperoleh |
| perlindungan dan memulihkan kembali aspek dasar jati diri anak |
| (nama, kewargnegaraan dn ikatan keluarga) (Pasal 8), (3) hak anak |
| untuk hidup bersama (Pasal 9), dan hak anak untuk memperoleh |
| perlindungan dari segala bentuk salah perlakuan |
| (abuse) |
| yang di- |
| lakukan orang tua atau orang lain yang bertangung jawab atas |
| pengasuhan (Pasal 19), (4) hak untuk mmemperoleh perlindungan |
| khusus bagi bagi anak- anak yang kehilangan lingkungan keluarga- |
| nya dan menjamin pengusahaan keluarga atau penempatan |
| institusional yang sesuai dengan mempertimbangkan latar budaya |
| anak (Pasal 20), (5) adopsi anak hanya dibolehkan dan dilakukan |
| demi kepentingan terbaik anak, dengan segala perlindungan yang |
| disahkan oleh pejabat yang berwenang (Pasal 21), (6) hak-hak anak |
| penyandang cacat ( |
| disabled |
| ) untuk memperoleh pengasuhan, |
| pendidikan dan latihan khusus yang dirancang untuk membantu |
| mereka demi mencapai tingkat kepercayaan diri yang tinggi (Pasal |
| 23), (7) hak anak menikmati standar kehidupan yang memadai dan |
| hak atas pendidikan (Pasal 27 dan 28). |
| Perlindungan Hukum Hak-hak Anak dan Implementasiya... (Absori) |
| 81 |
| 2. Hak terhadap perlindungan |
| (protection rights) |
| Hak perlindungan yaitu perlindungan anak dari diskriminasi, |
| tindak kekerasan dan keterlantaran bagi anak yang tidak mem- |
| punyai keluarga, dan bagi anak pengungsi. Hak perlindungan dari |
| diskriminasi, termasuk (1) perlindungan anak penyandang cacat |
| untuk memperoleh pendidikan, perwatan dan latihan khusus, dan |
| (2) hak anak dari kelompok masyarakat minoritas dan penduduk |
| asli dalam kehidupan masyarakat negara. |
| Perlindungan dari ekploitasi, meliputi (1) perlindungan dari |
| gangguan kehidupan pribadi, (2) perlindungan dari keterlibatan |
| dalam pekerjaan yang mengancam kesehatan, pendidikan dan |
| perkembangan anak, (3) perlindungan dari penyalahgunaan obat |
| bius dan narkoba, perlindungan dari upaya penganiayaan seksual, |
| prostitusi, dan pornografi, (4) perlindungan upaya penjualan, pe- |
| nyelundupan dan penculikan anak, dan (5) perlindungan dari |
| proses hukum bagi anak yang didakwa atau diputus telah melaku- |
| kan pelanggaran hukum. |
| 3. Hak untuk Tumbuh Berkembang |
| (development rights) |
| Hak tumbuh berkembang meliputi segala bentuk pendidikan |
| (formal maupun non formal) dan hak untuk mencapai standar |
| hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral |
| dan sosial anak. Hak anak atas pendidikan diatur pada Pasal 28 |
| Konvensi Hak Anak menyebutkan, (1) negara menjamin kewajiban |
| pendidikan dasar dan menyediakan secara cuma-cuma, (2) |
| mendorong pengembangan macam-macam bentuk pendidikan dan |
| mudah dijangkau oleh setiap anak, (3) membuat imformasi dan bim- |
| bingan pendidikan dan ketrampIlan bagi anak, dan (4) mengambil |
| langkah-langkah untuk mendorong kehadirannya secara teratur |
| di sekolah dan pengurangan angka putus sekolah. |
| Terkait dengan itu, juga meliputi (1) hak untuk memperoleh |
| informasi, (2) hak untuk bermain dan rekreasi, (3) hak untuk ber- |
| partisipasi dalam kegiatan budaya, (4) hak untuk kebebasan ber- |
| pikir dan beragama, (5) hak untuk mengembangkan kepribadian, |
| (6) hak untuk memperoleh identitas, (7) hak untuk didengar pen- |
| dapatnya, dan (8) hak untuk memperoleh pengembangan kesehatan |
| dan fisik. |
| 82 |
| Jurisprudence |
| , Vol. 2, No. 1, Maret 2005: 78 - 88 |
| 4. Hak untuk Berpartisipasi |
| (participation rights) |
| Hak untuk berpartisipasi yaitu hak untuk menyatakan |
| pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak. Hak yang |
| terkait dengan itu meliputi (1) hak untuk berpendapat dan mem- |
| peroleh pertimbangan atas pendapatnya, (2) hak untuk mendapat |
| dan mengetahui informasi serta untuk mengekpresikan, (3) hak |
| untuk berserikat menjalin hubungan untuk bergabung, dan (4) hak |
| untuk memperoleh imformasi yang layak dan terlindung dari |
| imformasi yang tidak sehat. |
| Terhadap anak yang melakukan perbuatan pidana, pe - |
| nangkapan dan penahanan anak harus sesuai dengan hukum yang |
| ada, yang digunakan hanya sebagai upaya terakhir. Anak yang |
| dicabut kebebasannya harus memperoleh akses bantuan hukum, |
| dan hak melawan keabsahan pencabutan kebebasan. |
| Implementasi di Indonesia |
| Melalui Kepres Nomor 36 tahun 1990, Konvensi Hak Anak telah |
| diratipikasi dan berlaku mengikat menjadi hukum Inodnesia. |
| Melalui ratifikasi tersebut pemerintah Indonesia melakukan |
| reservasi |
| , yakni penundaan pelaksanaan beberapa pasal Konvensi |
| Hak Anak. Dalam perkembangannya pada tahun 1994, pemerintah |
| Indonesia telah melakukan pencabutan reservasi beberapa pasal, |
| sehingga pasal yang direservasi tinggal pasal yang mengatur ma- |
| salah hak anak untuk mengakses imformasi (Pasal 17), adopsi anak |
| (Pasal 21), perlindungan anak dalam status pengungsi (Pasal 22). |
| Konsekwensi dari suatu negara melakukan ratifikasi perjanjian |
| internasional seperti Konvensi Hak Anak, menurut Syahmin AK |
| 4 |
| adalah: (1) Merumuskan/menyatakan atau menguatkan kembali |
| aturan hukum internasional yang sudah ada; (2) Mengubah/me- |
| nyempurnakan ataupun menghapus kaidah-kaidah hukum |
| internasional yang sudah ada, untuk mengatur tindakan-tindakan |
| yang akan datang; (3) Membentuk kaidah-kaidah hukum inter- |
| nasional yang baru sama sekali yang belum ada sebelumnya. |
| Sebagai negara yang telah melakukan ratifikasi Konvensi Hak |
| Syahmin Ak, Hukum Internasional Publik dalam M Joni dan Z Tanamas, 1999, |
| Aspek |
| 4 |
| Hukum Perlindungan Anak, |
| hal 66. |
| Perlindungan Hukum Hak-hak Anak dan Implementasiya... (Absori) |
| 83 |
| Anak, Indonesia berkewajiban untuk menjamin terlaksananya hak- |
| hak anak dengan menuangkan dalam sebuah produk perundang- |
| undangan. Melalui upaya harmonisasi hukum, BPHN merekomen- |
| dasikan, |
| pertama |
| , mengintroduksir hak-hak anak dalam Konvensi |
| Hak Anak ke dalam perundang-undangan hukum nasional, |
| kedua, |
| peninjauan kembali hukum positif yang tidak sesuai dengan |
| Konvensi Hak anak, dan ketiga, melakukan identifikasi kemungkin- |
| an perlunya penyusunan peraturan-perundang-undangan. |
| Konsekwensinya menurut Erma Syafwan Syukrie |
| , pemerintah |
| 5 |
| Indonesia harus melakukan langkah-langkah harmonisasi hukum, |
| yaitu: (1) Memeriksa dan menganalisis perundang-undang yang ada |
| dan masih sedang dalam perencanaan/pembentukan; (2) Meninjau |
| ulang lembaga-lembaga yang berhubungan dengan pelaksanaan |
| hak anak; (3) Mengusulkan langkah-langkah penyelerasan |
| ketentuan konvensi hak anak dengan perundang-undangan lain; |
| (4) Meninjau ulang bagian perundang-undangan yang masih |
| berlaku, tetapi perlu penyempurnaan atau pelaksanaan yang tepat; |
| (5) Memprioritaskan acara pembuatan undang-undang yang |
| diperlukan untuk mengefektifkan pelaksanan Konvensi Hak Anak/ |
| penyelerasaan dengan perundang-undangan Indonesia. |
| Instrumen hukum lain yang mengatur ketentuan hukum terkait |
| dengan hak anak, antara lain ketentuan hukum yang berkaitan |
| dengan hak-hak dan perlindungan anak dengan mendsarkan pada |
| Pasal 34 UUD 45 (lama) yang mengatur pakir miskin dan anak |
| terlantar dipelihara negara. Ketentuan lain ditemukan dalam UU |
| Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, khususnya yang |
| berkaitan dengan perlindungan buruh anak di sektor industri for- |
| mal. Untuk melindungi hak-hak anak yang bekerja telah diatur |
| Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 01 tahun 1987, di antaranya |
| mengatur pencegahan pekerja anak dari upaya eksploitasi anak. |
| Terhadap penyanyi cilik, bintang film cilik Depnaker berusaha |
| untuk mengatur jumlah kontrak yang diperbolehkan. |
| Untuk menangani penyelesiaan hukum bagi anak yang terlibat |
| perkara hukum dikeluarkan peradilan yang diatur dalam UU |
| Erma Syofyan Syukrie, Pelaksanaan Konvensi Hak Anak Ditinjau dari Aspek Hukum, |
| 5 |
| Ibid, hal 67. |
| 84 |
| Jurisprudence |
| , Vol. 2, No. 1, Maret 2005: 78 - 88 |
| Nomor 3 tahun 1997 tentang Peradilan Anak. Terkait dengan itu |
| juga diatur pada beberapa pasal KUHP yang masih dipakai yang |
| mengatur masalah perlindungan hukum bagi anak yang melakukan |
| tindak pidana, seperti Pasal 45, 46 dan 47 KUHP. Menurut UU |
| Nomor 3 tahun 1997, yang dimaksud anak adalah orang yang dalam |
| perkara anak nakal telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum |
| mencapai umur 18 tahun atau belum pernah nikah. Sementara |
| batas umur anak untuk dapat diajukan ke pengadilan ditetapkan |
| antara 8-18 tahun, dan selanjutnya untuk dapat dipidana minimal |
| berumur 12 tahun. |
| Era Otonomi Daerah |
| Pada era Otonomi Daerah, dalam rangka untuk menanggulangi |
| dan melindungi pekerja anak, telah dikeluarkan Kepmen Dagri dan |
| Otda Nomor 5 tahun 2001 tentang Penanggulangan Pekerja Anak |
| (PPA). Salah satu isi pokok adalah melakukan penanggulangan |
| pekerja anak, dengan cara melakukan penghapusan, pengurangan |
| dan perlindungan pekerja anak yang berusia di bawah 15 tahun |
| agar terhindar dari pengaruh buruk pekerjaan berat dan ber- |
| bahaya, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan per- |
| kembangan fisik, mental, moral dan intelektual. |
| Pemerintah Daerah berkewajiban untuk melakukan langkah- |
| langkah pengaturan lebih lanjut dalam pelaksanaan kegiatan pe- |
| nanggulangan pekerja anak. Menurut Pasal 5 program pe - |
| nanggulangan pekerja anak meliputi: (1) Melakukan pelarangan |
| dan penghapusan segala bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk |
| anak; (2) Melakukan pemberian perlindungan yang sesuai bagi |
| pekerja anak yang melakukan pekerjaan ringan; (3) Melakukan per- |
| baikan pendapat keluarga agar anak tidak bekerja dan mencipta- |
| kan suasana tumbuh kembang anak dengan wajar; (4) Melakukan |
| sosilisasi program PPA kepada pejabat birokrasi, pejabat politik, |
| lembaga kemasyarakatan dan masyarakat. |
| Program yang bersifat khusus dalam penanggulangan pekerja |
| anak meliputi: (1) mengajak kembali pekerja anak yang putus |
| sekolah ke bangku sekolah dengan memberikan bantuan beasiswa; |
| (2) memberikan pendidikan nonformal; dan (3) mengadakan |
| Perlindungan Hukum Hak-hak Anak dan Implementasiya... (Absori) |
| 85 |
| pelatihan keterampilan bagi anak. Pembiayaan kegiatan pe- |
| nanggulangan pekerja anak bisa dilakukan oleh masyarakat yang |
| peduli terhadap kesejahteraan anak, APBN, APBD, bantuan luar |
| negeri dan sumber-sumber lain yang syah dan tidak mengikat. |
| Sebagai langkah untuk memberikan perlindungan hak anak |
| secara menyeluruh, sedang diupayakan bentuk legitimasi melalui |
| pembuatan UU Perlindungan Anak. Pada saat sekarang UU |
| Perlindungan Anak sudah ditandatangani oleh pemerintah dan |
| DPR dan tinggal menunggu diundangkan. Beberapa materi yang |
| diatur dalam UU Perlindungan Anak antara lain (1) masalah |
| pemenuhan hak anak dan kewajibannya, (2) tangung jawab negara, |
| pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua terhadap anak, |
| (3) perwalian anak, (4) kuasa asuh, (5) pengangkatan anak, (6) |
| perlindungan anak dalam bidang kesehatan, agama, pendidikan, |
| dan sosial, dan (7) ketentuan pidana anak. |
| Dalam UU Perlindungan anak tersebut, juga diatur persoalan |
| anak yang sedang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok |
| minoritas, anak dari korban eksploitasi ekonomi dan seksual, anak |
| yang diperdagangkan, anak korban kerusuhan, anak yang menjadi |
| pengungsi dan anak dalam situasi konflik bersenjata, perlindungan |
| anak yang dilakukan berdasarkan prinsip nondiskriminasi, |
| kepentingan bagi anak, penghargaan terhadap pendapat anak, |
| hak untuk hidup, kelangsungan dan perkembangan. |
| Dalam perkembangannya UU Perlindungan anak yang sudah |
| ditandatangani tampaknya masih terdapat masalah, sehingga |
| pengundangannya masih belum ada kejelasan. Beberapa persoalan |
| yang masih menjadi masalah seperti Pasal 37 ayat (3) yakni masalah |
| agama antara orang tua asuh dan anak yang akan diasuh. Di sam- |
| ping itu pada saat bersamaan terdapat ganjalan dari sekelompok |
| masyarakat, seperti Koalisi Perlindungan Anak (KPA) menolak UU |
| Perlindungan Anak, karena dianggap tidak sesuai dengan Konvensi |
| Hak Anak dan Konvensi Internasional Labour Organisation (ILO) |
| Nomor 182 yang telah diratifikasi dengan UU Nomor 1 Tahun 2000. |
| Penutup |
| Melihat perhatian masyarakat yang begitu luas, kalangan |
| 86 |
| Jurisprudence |
| , Vol. 2, No. 1, Maret 2005: 78 - 88 |
| pemerintah dan DPR berkeyakinan bahwa masukan ataupun kritik |
| masyarakat di satu sisi mempunyai nilai positif untuk perbaikan |
| dalam rangka kesempurnaan UU Perlindungan Anak, karena itu |
| mereka bertekad untuk dapat menggolkan UU perlindungan pada |
| tahun 2002 agar berbagai persoalan yang menyangkut per- |
| lindungan anak di Indonesia dapat diatasi dengan segera. |
| Dengan adanya UU Perlindungan Anak, diharapkan akan ter- |
| dapat instrumen hukum yang berfungsi sebagai perekayasa per- |
| lindungan anak di Indonesia. Format ke depan yang menyangkut |
| fungsi undang-undang sebagai instrumen |
| social engenering |
| akan |
| segera bisa dilakukan Harapan kita tidak hanya terbatas berhenti |
| pada pembentukan sebuah produk undang-undang, tetapi yang |
| lebih penting bagaimana undang-undnag bisa dijalankan dengan |
| langkah-langkah kongkrit oleh seluruh komponen masyarakat, baik |
| pemerintah, LSM, Ormas dan lembaga lain yang mempunyai |
| kepedulian terhadap perlindungan hak-hak anak. |
| Selama ini pemerintah dianggap belum mampu untuk melak- |
| sanakan ketentuan perlindungan hak anak, maka peran masya- |
| rakat menjadi amat penting untuk turut berpartisipasi, yakni para |
| pihak yang mempunyai kepedualian masa depan anak, baik |
| organisasi keagamaan, yayasan atau LSM. Namun upaya yang |
| dilakukan selama ini belum maksimal, rata-rata baru terbatas pro- |
| gram yang sifatnya sektoral dan belum menyentuh hal yang |
| mendasar yang berkaitan dengan perlindungan hak anak. |
| DAFTAR PUSTAKA |
| Fakih, Mansour, 1999, |
| Analisis Gender dan Transformasi Sosial, |
| Yogyakarta, Pustaka Pelajar. |
| Muladi, 2002, |
| Demokrasi, Hal Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum |
| Indonesia |
| , The Jakarta, Habibie Center. |
| Blau, Peter M dan Mashall W. Meyer, 1987, |
| Birokrasi dalam |
| Masyarakat Modern, |
| , Jakarta, Penerbit Universitas Indone- |
| sia |
| Ak, Syahmin, 1999, |
| Hukum Internasional Publik |
| dalam M Joni dan |
| Z Tanamas, |
| Aspek Hukum Perlindungan Anak |
| . |
| Perlindungan Hukum Hak-hak Anak dan Implementasiya... (Absori) |
| 87 |
| UNICEF, 1999, |
| Aspek Hukum Perlindungan Anak, dalam Perspektif |
| Konvensi Hak Anak |
| , Bandung, PT Citra Aditya Bakti. |
| UNICEF |
| , 1990, |
| Convention on The Rights of The Child |
| . |
| Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan |
| Anak. |
| 88 |
| Jurisprudence |
| , Vol. 2, No. 1, Maret 2005: 78 - 88 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar