Search

Rabu, 04 Mei 2011

IPS 2: Karakteristik budaya

KARAKTERISTIK BUDAYA BARAT, TIMUR DAN ISLAM

A.Karakteristik Budaya Barat

Budaya Barat (kadang-kadang disamakan dengan peradaban Barat atau peradaban

Eropa), mengacu pada warisan norma-norma sosial, nilai-nilai etika, adat istiadat, keyakinan

agama, sistem politik, artefak budaya khusus, serta teknologi. Secara spesifik, istilah budaya

Barat dapat ditujukan terhadap:

Pengaruh budaya Klasik dan Renaisans Yunani-Romawi dalam hal seni, filsafat,

sastra, dan tema hukum dan tradisi, dampak sosial budaya dari periode migrasi dan

warisan budaya Keltik, Jermanik, Romanik, Slavik, dan kelompok etnis lainnya, serta

dalam hal tradisi rasionalisme dalam berbagai bidang kehidupan yang dikembangkan

oleh filosofi Helenistik, skolastisisme, humanisme, revolusi ilmiah dan pencerahan, dan

termasuk pula pemikiran politik, argumen rasional umum yang mendukung kebebasan

berpikir, hak asasi manusia, kesetaraan dan nilai-nilai demokrasi yang menentang

irasionalitas dan teokrasi.

Pengaruh budaya Alkitab-Kristiani dalam hal pemikiran rohani, adat dan dalam tradisi

etika atau moral, selama masa Pasca Klasik.

Pengaruh budaya Eropa Barat dalam hal seni, musik, cerita rakyat, etika dan tradisi

lisan, dengan tema-tema yang dikembangkan lebih lanjut selama masa Romantisisme.

Konsep budaya Barat umumnya terkait dengan definisi klasik dari Dunia Barat. Dalam

definisi ini, kebudayaan Barat adalah himpunan sastra, sains, politik, serta prinsip-prinsip

artistik dan filosofi yang membedakannya dari peradaban lain. Istilah ini juga telah

dihubungkan dengan negara-negara yang sejarahnya amat dipengaruhi oleh imigrasi atau

kolonisasi orang-orang Eropa, misalnya seperti negara-negara di benua Amerika dan

Australasia, dan tidak terbatas hanya oleh imigran dari Eropa Barat. Eropa Tengah juga

dianggap sebagai penyumbang unsur-unsur asli dari kebudayaan Barat.

Beberapa kecenderungan yang dianggap mendefinisikan masyarakat Barat modern,

antara lain dengan adanya pluralisme politik, berbagai subkultur atau budaya tandingan

penting (seperti gerakan-gerakan Zaman Baru), serta peningkatan sinkretisme budaya sebagai

akibat dari globalisasi dan migrasi manusia.

Barat dalam pikirannya cenderung menekankan dunia objektif daripada rasa sehingga

hasil pola pemikiran demikian membuahkan sains dan teknologi. Filsafat Barat telah

dipusatkan kepada ujud dunia rasio. Oleh karenanya, pengetahuan mempunyai dasar empiris

yang kuat. Demikian pula dalam tradisi agama Barat, dunia empiris memiliki arti. Pada zaman

sekarang semakin nyata bahwa sikap aktif dan rasional di dunia Barat unggul, sebaliknya

pandangan hidup tradisional baik filsafat maupun agama ada kesan mundur.

Barat dalam cara berpikir dan hidupnya lebih terpikat oleh kemajuan material dan

hidup sehingga tidak cocok dengan cara berpikir untuk meninjau makna dunia dan makna

hidup. Dalam hal manusia, mereka beranggapan bahwa manusia adalah ukuran bagi

segalanya. Maksudnya manusia mempunyai kemampuan untuk menyempurnakan hidupnya

sendiri, dengan syarat bertitik tolak dari rasio, intelek dan pengalaman. Manusia oleh Barat

dipandang sebagai pusat segala sesuatu yang mempunyai kemampuan rasional, kreatif, dan

estetik sehingga kebudayaan Barat menghasilkan beberapa nilai dasar seperti demokrasi,

lembaga sosial, dan kesejahteraan ekonomi. Kesemuanya berpangkal demi penghargaan

mutlak bagi manusia. Manusia harus mendapat segala yang bernilai dalam mewujudkan

kemampuannya karena manusia yang memiliki nilai sehingga diukur dari kemampuannya,

bukan dari kebijaksanaan hatinya.

Tentang kebebasan di Barat cukup menarik untuk diamati. Semua orang Timur

menganggap bahwa Barat itu negara kebebasan, segala sesuatunya serba mungkin terjadi. Hal

ini dimulai dari sosialisasi anak, yang dibiarkan untuk membentuk dirinya sendiri dan

mengemangkan bakatnya sendiri. Akhirnya keebasan itu diwujudkan dalam berbagai bidang

kehidupan sosial, politik, kebudayaan, dan ekonomi. Tradisi kebebasan ini menimbulkan rasa

percaya diri dan kemampuan serta menghilangkan perbedaan status sosial.

Tradisi humanistik di Barat berupa penghargaan terhadap martabat manusia sebagai

suatu yang otonom, merdeka dan rasional, menunjang nilai-nilai demokrasi, lembaga sosial

dan kesejahteraan ekonomi. Nilai-nilai lain pun berkembang seperti, kebebasan,

perekonomian, dan teknologi. Di Barat orang lebih condong menekankan dunia empiris

sehingga mereka maju dalam sains dan teknologi. Melalui pengaruh Yunani, Barat berkemang

dalam pengetahuan deskriptif dan spesialisasi. Dukungan sikap Barat yang lebih besar

tekanannya kepada realitas dan nilai waktu menyebabkan perkembangan yang pesat dalam

filsafat prosesi pengonsepan evaluasi kreatif serta kemajuan. Manusia dengan alam menurut

konsep Barat adalah terpisah. Alam sebagai dunia luar harus dieksploitasi. Hal ini tertulis

dalam kata-kata: menaklukkan luar angkasa, menaklukkan alam dan hutan rimba.

B.Karakteristik Budaya Timur

Nilai budaya Timur pada intinya banyak bersumber dari agama-agama yang lahir di

dunia Timur. Pada umumnya, manusia-manusia Timur menghayati hidup yang meliputi

seluruh eksistensinya. Berpikir secara Timur tidak bertujuan menunjang usaha-usaha manusia

untuk menguasai dunia dan hidup secara teknis, sebab manusia timur lebih menyukai intuisi

daripada akal budi. Inti kepribadian manusia Timur tidak terletak pada inteleknya, tetapi pada

hatinya. Dengan hatinya mereka menyatukan akal budi dan intuisi serta inteligensi dan

perasaan. Ringkasnya, mereka mengahayati hidup tidak hanya dengan otaknya.

Nilai budaya yang dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Budha membuat kebijaksanaan

Timur bersifat kontemplatif, tertuju kepada tinjauan kebenaran. Dengan demikian, berpikir

kontemplatif dipandang sebagai puncak perkembangan rohani manusia. Pemikir Timur lebih

menekankan segi dalam dari jiwa, dan realitas di belakang dunia empiris dianggap sebagai

sesuatu yang hanya lewat dan bersifat khayalan. Timur lebih menekankan disiplin

mengendalikan diri, sederhana, tidak mementingkan dunia, bahkan menjauhkan diri dari

dunia.sesuatu yang baik menurut Timur tidak terdapat hanya dalam dunia benda, tidak dengan

memanipulasi alam, mengubah masyarakat dan mencari pencarian zat yang satu, di dalam diri

kita atau di luarnya.

`

Di Timur dicari keharmonisan dengan alam, sebab alam memberi kehidupan, memberi

makanan, tempat berteduh, bahan untuk seni dan sains. Nafsu untuk memperoleh hikmah atau

kerinduan akan keselamatan dan kebebasan diri dari penderitaan dunia, bagi Dunia Timur

cukup kuat. Ide bkeselamatan ini besar pengaruhnya dalam membentuk mentalitas, teori, dan

praktek bangsa Timur. Jalan untuik memperolewh ini semua tidak terlketak pada akal

budinya, tetapi dilalui meditasi, tirakat (ascetic), dan mistik.

Dalam hal menegakkan norma, Timur tidak hanya bersumber dari ajaran agama, tetapi

ide abstrak atau simbolik pun dapat terwujud kongkret dalam praktek kehidupannya. Mencari

ilmu tidak hanya untuk menambah pengetahuan intelektual saja, tetapi mencari

kebijaksanaan.

Sikap orang Timur terhadap alam adalah menyatu dengan alam, tidak memaksakan

diri dengan atau mengeksploitasi alam, bahkan mengeinginkan harmoni dengan alam karena

alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kalau alam binasa,

maka manusia pun akan binasa. Untuk menjaga hubungan yang harmonis terkadang muncul

ekspresi kongkret dalam bentuk hubungan mistik manusia dengan alam. Ringkasnya, Dunia

Timur menginginkan kekayaan hidup,aan benda, tenang tentram, menyatu diri, fatalisme,

pasivitas, dan menarik diri.



Tidak ada komentar: